Thursday, 29 October 2009

Sulut, Sehari Dua Gempa


 

MANADO —Siang, sekitar pukul 13.21 Wita, bumi Nyiur Melambai kembali berguncang. Gempa bumi dengan kekuatan 5.6 Skala Richter cukup terasa di Sulut, terutama daerah Kota Bitung dan sekitarnya. Berdasarkan data yang dipublish Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lokasi gempa berada di 1.37 LU - 126.35 BT atau berada 129 km arah tenggara Kota Bitung.
Cukup terasa, karena jarak yang terbilang dekat, ditambah pusat gempa yang hanya berada di kedalaman 30 km di perairan laut Maluku. Jarum jam seismograf tidak berhenti bergerak disitu saja. Gempa bumi untuk kedua kalinya terjadi pada pukul 20.46 Wita. Kali kedua ini, kekuatan gempa hanya 5.0 Skala Raichter. Lokasi gempa pun sudah bergeser ke 3.03 LU – 126.87 BT atau berada di 110 km tenggara Melonguane. Pusat gempa pun lebih dalam, 81 km di perairan laut Maluku.
Dari tinjauan pergerakan lempeng tektonik, gempa yang kerap kali terjadi di wilayah Sulut, Maluku dan Maluku Utara, dianggap wajar. Karena, di wilayah tersebut (laut Maluku, red), merupakan daerah pertemuan tiga lempeng. “Posisi Sulut berada di ujung pertemuan 3 lempeng tersebut, yakni lempeng Eurasia, Pasifik dan Filipina,” ujar Kepala Stasiun Geofisika, yang juga selaku Koordinator Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Slamet Suyitno Rahardjo SSi.
Menurutnya, lempeng Pasifik dan lempeng Filipina bergerak relatif ke arah barat dengan kecepatan rata-rata 11 cm per tahun. Kedua lempeng menyusup atau terjadi subduksi ke bawah lempeng Eurasia, yakni Halmahera dan Sulawesi Utara.  Proses pergerakan ketiga lempeng ini menyebabkan tatanan tektonik yang cukup kompleks di Sulut dan sekitarnya. “Jangan heran, di wilayah Sulut dan sekitarnya, tercipta lempengan-lempengan kecil, yaitu pecahan ujung lempengan Eurasia yang didesak lempengan Pasifik dan Filipina, menghadirkan lempengan halmahera, lempengan laut maluku dan lempengan sangihe,” ujarnya.
Tidak hanya menghasilkan lempengan kecil, kata Suyitno, pergerakan lempengan sangihe yang menyusup dibawah Sulut (lempeng Eurasia, red) dan pengangkatan di laut maluku akibat desakan dari Sulut dan halmahera, telah menyebabkan munculnya banyak patahan di Sulut. “Itu sebabnya, aktivitas seismik telah menyebabkan banyak patahan terjadi di Sulut. Empat patahan yang ada, sangat aktif. Dan bila patahan terlepas, maka sangat berpotensi terjadinya tsunami,” jelasnya. “Tapi, gempa yang terjadi hari ini (kemarin, red), proses pergerakan lempeng tidak terjadi demikian. Jadi, dua kali gempa yang melanda Sulut, tidak berpotensi tsunami,” kata Suyitno tegas, sebagaimana publikasi situs BMKG.
Meski tidak berpotensi tsunami dan intensitas gempa terhadap kerusakan bangunan serta terjadinya perubahan pada permukaan tanah sangat kecil, tetapi dua gempa di hari yang sama, kemarin, kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana harus tetap ada.(Sumber: Manado Post)

Lambang Pemerintahan Kota Manado